Minggu, 25 Maret 2012

Indonesia Kekurangan Geografer

Jumlah ahli geografi di Indonesia saat ini masih sangat minim jika dibandingkan dengan kebutuhan tenaga pengajar maupun praktisi dan peneliti geografi di lapangan. Bahkan, dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, Indonesia baru bisa memenuhi sekitar 10 persen kebutuhan tenaga geografi yang kompeten.
Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. Suratman, M.Sc mengungkapkan, secara ideal seharusnya setiap perguruan tinggi di Indonesia memiliki satu program studi mengenai geografi. Namun dari sekitar 500-an perguruan tinggi di Indonesia, baru terdapat sekitar 27 program studi geografi. Dengan kondisi tersebut menjadikan lulusan dari prodi geografi masih sangat sedikit dan belum bisa memenuhi kebutuhan tenaga ahli geografi.
"Idealnya di setiap satu kabupaten harus tersedia minimal 4 doktor dan 2 profesor yang menguasai ilmu geografi. Secara penghitungan kasar kebutuhan tenaga tersebut di Indonesia adalah dikalikan dengan 500-an kabupaten yang ada. Jika hal itu terpenuhi, maka baru bisa meringankan beban pembangunan wilayah, masalah lingkungan, perpetaan dan lainnya. Ironisnya, ketersediaan tenaga ahli kita baru 10 persen dari kebutuhan dan masih sangat jauh dibanding negara lain," ujarnya di ruang Multimedia UGM.
Menurutnya, prodi geografi yang masih sangat kurang ini juga diikuti dengan kurangnya jumlah guru pengajar geografi di tingkat sekolah. Sehingga pembelajaran geografi dari tingkat dasar menjadi tidak maksimal lantaran satu guru harus memegang kendali mata pelajaran geografi untuk semua tingkatan yang berbeda.
"Jumlah guru geografi kita masih kurang. Selama ini di satu sekolahan baik jenjang SD, SMP maupun SMA hanya menyediakan satu guru geografi. Idealnya setiap sekolah di SD harus ada minimal untuk mengawal kelas 1-6 adalah minimal 3 guru, di tingkat SMP paling tidak ada 3 guru, dan di SMA karena selama ini hanya diajarkan di IPS, maka akan kita usulkan untuk dikembangkan di IPA. Sehingga kebutuhan untuk tingkat SMA minimal 6 guru geografi," katanya.
Pihaknya mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan standar guru geografi. Diantaranya dengan menempatkan lulusan prodi geografi untuk menduduki jabatan dosen di prodi geografi di Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar terjadi peningkatan di institusi yang diharapkan bisa menjaring kerjasama lebih luas termasuk sampai ke luar negeri.
"Selama ini kesenjangan kebutuhan tenaga geografi kita sangat tinggi. Misalnya tidak memiliki laboratorium, tidak ada profesor, jumlah doktor yang minim dan menjadikan posisi tawar kita sangat lemah. Sementara bencana dan masalah lingkungan tidak pernah habis. Karena itu, selain meningkatkan prodi geografi dengan lulusan berkualitas, kita juga akan usulkan geografi sebagai mata pelajaran yang terintegrasi di semua kurikulum khususnya untuk tahun 2014," tandasnya.



Sumber : RRI Jogja

Tidak ada komentar: