Jumlah ahli geografi di Indonesia saat ini
masih sangat minim jika dibandingkan dengan kebutuhan tenaga pengajar maupun
praktisi dan peneliti geografi di lapangan. Bahkan, dibandingkan dengan
negara-negara lain di dunia, Indonesia baru bisa memenuhi sekitar 10 persen
kebutuhan tenaga geografi yang kompeten.
Dekan Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr.
Suratman, M.Sc mengungkapkan, secara ideal seharusnya setiap perguruan tinggi
di Indonesia memiliki satu program studi mengenai geografi. Namun dari sekitar
500-an perguruan tinggi di Indonesia, baru terdapat sekitar 27 program studi
geografi. Dengan kondisi tersebut menjadikan lulusan dari prodi geografi masih
sangat sedikit dan belum bisa memenuhi kebutuhan tenaga ahli geografi.
"Idealnya di setiap satu kabupaten harus
tersedia minimal 4 doktor dan 2 profesor yang menguasai ilmu geografi. Secara
penghitungan kasar kebutuhan tenaga tersebut di Indonesia adalah dikalikan
dengan 500-an kabupaten yang ada. Jika hal itu terpenuhi, maka baru bisa
meringankan beban pembangunan wilayah, masalah lingkungan, perpetaan dan
lainnya. Ironisnya, ketersediaan tenaga ahli kita baru 10 persen dari kebutuhan
dan masih sangat jauh dibanding negara lain," ujarnya di ruang Multimedia
UGM.
Menurutnya, prodi geografi yang masih sangat
kurang ini juga diikuti dengan kurangnya jumlah guru pengajar geografi di
tingkat sekolah. Sehingga pembelajaran geografi dari tingkat dasar menjadi
tidak maksimal lantaran satu guru harus memegang kendali mata pelajaran
geografi untuk semua tingkatan yang berbeda.
"Jumlah guru geografi kita masih kurang.
Selama ini di satu sekolahan baik jenjang SD, SMP maupun SMA hanya menyediakan
satu guru geografi. Idealnya setiap sekolah di SD harus ada minimal untuk
mengawal kelas 1-6 adalah minimal 3 guru, di tingkat SMP paling tidak ada 3
guru, dan di SMA karena selama ini hanya diajarkan di IPS, maka akan kita
usulkan untuk dikembangkan di IPA. Sehingga kebutuhan untuk tingkat SMA minimal
6 guru geografi," katanya.
Pihaknya mengaku telah melakukan berbagai
upaya untuk memenuhi kebutuhan standar guru geografi. Diantaranya dengan
menempatkan lulusan prodi geografi untuk menduduki jabatan dosen di prodi
geografi di Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar terjadi peningkatan di
institusi yang diharapkan bisa menjaring kerjasama lebih luas termasuk sampai
ke luar negeri.
"Selama ini
kesenjangan kebutuhan tenaga geografi kita sangat tinggi. Misalnya tidak
memiliki laboratorium, tidak ada profesor, jumlah doktor yang minim dan
menjadikan posisi tawar kita sangat lemah. Sementara bencana dan masalah
lingkungan tidak pernah habis. Karena itu, selain meningkatkan prodi geografi
dengan lulusan berkualitas, kita juga akan usulkan geografi sebagai mata
pelajaran yang terintegrasi di semua kurikulum khususnya untuk tahun
2014," tandasnya.Sumber : RRI Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar